Bisniscom, BANJARMASIN - Pemerintah Kabupaten Tabalong melakukan penanaman bibit pohon angsana sebanyak 500 batang untuk penghijauan di wilayah Kota Tanjung dan Kecamatan Murung Pudak, Kalimantan Selatan.. Penanaman 500 bibit angsana itu dipimpin Bupati Tabalong Anang Syakhfiani dengan melibatkan ratusan Aparatur Sipil Negara, TNI/Polri dan swasta, dengan cara konvoi menggunakan sepeda
Program Langit Biru merupakan salah satu upaya mengurangi pencemaran udara dari sektor transportasi yang dicanangkan sejak tahun 1996. Program ini juga berdampak pada menurunnya gangguan pernapasan pada manusia. Hal-hal yang dapat mengurangi pencemaran udara adalah Menggalakkan penanaman pohon angsana Pterocarpus indica. Pohon ini dapat menyerap polusi dari kendaraan lebih cepat. Memperkecil kandungan Pb timbal dalam bensin dan menekan rasio laju pertambahan kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin atau solar. Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah C.
Foto Penanaman Pohon. Dalam rangka Hari Bakti PUPR ke-75 dengan tema "75 Tahun Bakti PUPR Sigap Membangun Negeri" Kementerian PUPR mengadakan kegiatan Penghijauan pada Area Infrastruktur, 5 Desember 2020, di Bendungan Gondang, Karang Anyar, Jawa Tengah. Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono berpesan selain menetapkan hidup go green, juga harus
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Tujuan penelitain ini adalah mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Data mengenai jenis tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang dihitung dengan metode line intercept. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Hasil penelitian terhadap jenis tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang berjumlah 29 jenis. Jenis maupun jumlah tanaman yang ada pada masing-masing stasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Simpulan dari penelitian ini ialah kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap dan penyerap polutan increasing number of motor vehicles might potentially increase the air pollution in main roads. To reduce the increasing concentration of pollutants generated by motor vehicles, the trees are planted to absorb the pollutants and the dust in the air. The objective of the research was to understand the role of the plants along the main roads in Semarang City, from point of view of quality and quantity. Data on the kind and density of shedding plants along the main roads of Semarang City was collected using line intercept method. Result showed that the air quality of Semarang City has been worrying in terms of the high concentration of CO. There were 29 kinds of trees planted along 5 main roads in Semarang City. The kind and the number of plants in each station did not influence positively to the concentration of the air pollutants. It was concluded that the quality and the quantity of the plants along the study sites did not positively influence the concentration of the air pollutants. It was presumed that the kind and the number of plants along each ain road in Semarang was not appropriately functioning as the absorbants of the air pollutants. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Biosaintifika 5 1 2013 BiosantifikaBerkala Ilmiah Biologi Tanaman terhadap Pencemaran Udara di Jalan Protokol Kota SemarangThe Role of Plants Against Air Pollution in The Protocol Street of Semarang CityNana Kariada Tri MartutiJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, IndonesiaAbstrakPeningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Tujuan penelitain ini adalah mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Data mengenai jenis tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang dihitung dengan metode line intercept. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Hasil penelitian terhadap jenis tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang berjumlah 29 jenis. Jenis maupun jumlah tanaman yang ada pada masing-masing stasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Simpulan dari penelitian ini ialah kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap dan penyerap polutan increasing number of motor vehicles might potentially increase the air pollution in main roads. To reduce the increasing concentration of pollutants generated by motor vehicles, the trees are planted to absorb the pollutants and the dust in the air. The objective of the research was to understand the role of the plants along the main roads in Semarang City, from point of view of quality and quantity. Data on the kind and density of shedding plants along the main roads of Semarang City was collected using line intercept method. Result showed that the air quality of Semarang City has been worrying in terms of the high concentration of CO. There were 29 kinds of trees planted along 5 main roads in Semarang City. The kind and the number of plants in each station did not influence positively to the concentration of the air pollutants. It was concluded that the quality and the quantity of the plants along the study sites did not positively influence the concentration of the air pollutants. It was presumed that the kind and the number of plants along each ain road in Semarang was not appropriately functioning as the absorbants of the air pollutants.© 2013 Universitas Negeri SemarangInfo ArtikelSejarah ArtikelDiterima Desember 2013Disetujui Februari 2013Dipublikasikan Maret 2013KeywordsPlantsAir pollutionSemarang City Alamat korespondensi FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50299Telp./Fax. 024 8508033; E-mail 2085-191X 37Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013nya mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Dengan adanya penelitian ini di-harapkan dapat digunakan juga sebagai peman-tau tentang jenis tanaman serta jumlah tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan peneliti-an. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitain ini adalah untuk mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan udara Semarang dibenarkan Ke-pala Bidang Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan Bahan Berbahaya serta Bera-cun, BPLH Jawa Tengah, Adiyanto. Hal tersebut merujuk hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di kawasan padat Semarang. “Pada ka-wasan padat di Jalan Kaligawe, sekitar Terminal Terboyo kadar debu yang diukur menunjukkan 299, 8 per gram nano kubik, padahal ambang batas normalnya 230. Ambang batas itu sesuai KepGub no 8 tahun 2001 terkait kualitas udara di Provinsi Jawa Tengah. Itu artinya kualitas udara di Semarang kotor. Upaya membersihkan kuali-tas udara di Semarang harus terus dilakukan, misalnya dengan mewajibkan menanam pohon dimulai dari lingkungan keluarga. Termasuk pro-gram car free day yang diterapkan setiap sepekan sekali Riani 2011.Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia di alam, merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Oleh karena itu, melakukan aksi penghijauan ha-rus segera dilakukan agar pencemaran udara ti-dak semakin parah. Semua tumbuhan hijau akan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fontosistesis. Namun selain berhijau daun, pe-milihan jenis tanaman penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai pen-eduh yang dapat memperbaiki iklim mikro, dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan ter-hadap penyebaran pulusi udara dari kendaraan. Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan. Adapun tanaman peneduh yang ditanam di pinggir ja-lan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara kimiawi, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif Anatari dan Sundra, 2002. Hal lain yang pent-ing untuk dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman adalah sebagai berikuta. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Fungsi ini dilakukan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan, sehingga partikel padat di udara akan berkurang. Hal ini terjadi karena partikel padat akan terjerap menempel pada permukaan daun, khusus-PENDAHULUANKota Semarang sebagai pusat pemerinta-han, perindustrian dan perdagangan merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan masyarakat, penggunaan kendaraan bermotor untuk memperlancar aktivitas pun tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah, jumlah kendaraan bermotor di Kota Semarang pada ta-hun 2009 mencapai unit, yang terdiri atas kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Data Oktober 2010, jum-lah tersebut bertambah menjadi unit kendaraan, dengan rincian kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Kementerian Lingkungan Hidup menye-butkan, polusi udara dari kendaraan bermo-tor bensin spark ignition engine menyumbang 70 persen karbon monoksida CO, 100 persen plumbum Pb, 60 persen hidrokarbon HC, dan 60 persen oksida nitrogen NOx. Bahkan, beber-apa daerah yang tinggi kepadatan lalu lintasnya menunjukkan bahan pencemar seperti Pb, ozon O, dan CO telah melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999 ten-tang Pengendalian Pencemaran Udara. Supar-woko dan Firdaus 2007 dalam penelitiannya menyampaikan langkah strategis yang dapat di-lakukan untuk memecahkan permasalahan terse-but adalah dengan banyak menciptakan sabuk hijau di jalur-jalur transportasi padat, khususnya jenis pohon/tumbuhan tertentu yangmemiliki kemampuan untuk menyerap cemaran mengurangi semakin tingginya ba-han pencemar yang dihasilkan kendaraan bermo-tor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Pohon sering disebut-sebut sebagai paru-paru kota. Sejumlah pohon berdaun lebar diyakini dapat menjerap bahan-bahan pencemar udara. Sel-sel daun berfungsi menangkap kar-bondioksida dan timbal untuk kemudian diolah dalam sistem fotosintesis. Proses fotosintesis mampu mengubah karbondioksida CO2 yang dikeluarkan dari sistem pernapasan menjadi oksigen yang dibutuhkan paru-paru. Disamping pohon-pohon yang mampu menjerap polutan, tanaman pisang hias, puring, batavia dan bugen-vil juga dapat direkomendasikan untuk elemen taman kota karena toleran dan cukup toleran ter-hadap polutan Nugrahani dan Sukartiningrum 2008.Latar belakang tersebut di atas perlu kira- Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201338nya daun yang berbulu dan permukaannya kasar. Sebagian partikel yang lain akan ter-serap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ngabekti 2004 melaporkan bahwa kebera-daan tanaman peneduh jalan dapat menu-runkan kadar debu TSP dari 448,76 µg/m3 di area tanpa tanaman menjadi 64,11 448,76 µg/m3 di area dengan tanaman. Manfaat lain dari tajuk tanaman adalah menjadikan uda-ra lebih bersih dan sehat karena daun mela-kukan proses fotosintesis. Dengan demikian fungsi ini akan tercapai apabila tajuk daun lebar seperti angsana Pterocarpus indicus, ke-tapang, mahoni Swietenia mahagoni.b. Penyerap dan penjerap partikel Pb. Kenda-raan bermotor merupakan sumber utama Pb yang mencemari udara daerah perkotaan. Tumbuhan mempunyai kemampuan men-jerap dan mengakumulasi zat pencemar. Tumbu-han melalui daunnya dapat menangkap partikel timbal yang diemisikan kandaraan bermotor Hendrasari 2007. Menurut Karliansyah 1999, salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tum-buhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda se-hingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan ke-mampuannya untuk menyerap dan mengakumu-lasikan logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik. Tumbuhan akumulator mempunyai kemampuan untuk men-gakumulasikan unsur tertentu dalam konsentrasi yang tinggi tanpa menimbulkan efek toksik pada tumbuhan Hendrasari 2007. METODEPenelitian dilakukan di jalan-jalan proto-kol Kota Semarang, yang dibagi kedalam 5 seta-siun penelitian. Sedangkan penelitian ini sendiri dilakukan pada bulan Juni-Agustus dalam penelitian ini adalah tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang. Dari seluruh jalan protokol di wilayah Kota Semarang tersebut dipilih 5 sampel yang ditentukan sebagai stasiun penelitian, yaitu Setasiun 1 Kalibanteng Bundaran Kaliban-teng; Setasiun 2 Tugu Muda; Setasiun 3 Jalan Brigjen Katamso Depan SMPN 2; Setasiun 4 Jalan Kaligawe Semarang Depan Kantor Suara Merdeka; Setasiun 5 Jalan Setiyabudi Sukun. Penetapan stasiun pengambilan sampel didasar-kan kepada kepadatan populasi yang akan diukur dalam peneli-tian ini adalah diambil data jenis pohon pada masing-masing setasiun penelitian. Disamping itu juga diambil data tentang kualitas udara yang terdiri dari suhu, kelembaban, pencahayaan, ke-bisingan, kecepatan angin, arah angin dominan, Kadar NO2, SO2, TSP debu, Pb, CO, H2S dan NH3 pada masing-masing setasiun penelitian. Peralatan yang digunakan dalam peneliti-an ini adalah meteran. Bahan-bahan yang digu-nakan adalah tumbuh-tumbuhan di lingkungaan setasiun penelitianLangkah-langkah penelitian adalah seb-agai berikut 1 Melakukan observasi lokasi/seta-siun penelitian, 2. Mendata jenis tanaman yang ada di setasiun penelitian, 3 Pengambilan data kualitas udara di jalan-jalan protokol Kota Se-marang, 4 Analisis laboratorium, 5 Pengolahan data mengenai jenis dan densitas tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Sema-rang dihitung dengan metode line intercept. Cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 meter, 25 m, 50 m atau 100 m. Dalam peneli-tian ini digunakan garis transek sepanjang 100 m. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 10 m. Pengamatan ter-hadap tanaman dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat jenis dan mengu-kur diameter serta tinggi semua spesies tanaman pada segmen-segmen tersebut. HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian yang telah dilakukan tentang kualitas dan kuantitas tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, diperoleh hasil sebagai berikutKualitas udara di suatu wilayah menetu-kan banyak sedikitnya jumlah zat pencemar yang akan terserap oleh tumbuhan dalam wilayah ter-sebut. Hasil penelitian diperoleh hasil pengama-tan kualitas udara di setiap setasiun penelitian disajikan pada Tabel 2 dan penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup 39Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013Tabel 1. Jenis dan jumlah tanaman peneduh di lima jalan protokol Kota SemarangNo Nama Tanaman Jumlah pada Setasiun1 2 3 4 51 Akasia 1 1 - - -2 Andong - - - - 13 Angsana 70 46 59 2 84 Asam Jawa - 5 - - -5 Asam Landi 3 9 - - -6 Beringin 1 1 - 20 17 Bunga Mentega - - 2 - -8 Bougenvil - - 2 - -9 Cemara 13 23 - - 1210 Cempaka - - 1 - -11 Filicium 2 - - - -12 Glodogan 52 38 8 21 513 Johar 1 - - - -14 Kamboja - - 1 - -15 Kelapa - - - - 116 Kembang Dadap 5 6 - - -17 Kembang Merak - 2 - - -18 Kersen - - 5 - 619 Mahoni 27 1 6 - 220 Mangga - - - - 121 Nangka 1 - - - -22 Pakis - - - - 323 Palem Botol 11 - - - 724 Palem Raja 30 7 - - 1225 Palem Rumpun 19 - - - -26 Petai Cina - 17 3 - -27 Pinus 1 - - - -28 Trembesi - - - 8 -29 War u - - 1 2 -Keterangan Setasiun 1 Kalibanteng Bundaran KalibantengSetasiun 2 Tugu Muda Setasiun 3 Jalan Brigjen Katamso Depan SMPN 2Setasiun 4 Jalan Kaligawe Semarang Depan Kantor Suara MerdekaSetasiun 5 Jalan Setiyabudi Sukunkota metropolitan yang mendapatkan perhatian serius KLH Anonim 2010.Hasil tersebut perlu kiranya mengupaya-kan pengurangan atau meminimalis kandungan bahan pencemar udara yang ada di jalan-jalan protokol Kota Semarang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peng-hijauan di ruas-ruas jalan protokol tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusminingrum dan Gunawan 2008 dan Menteri Kehutanan 2004 yang menyampaikan, salah satu strategi yang mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Dari 5 setasiun penelitian, 3 setasiun yaitu Kalibanteng Pemuda dan Setyabudi menunjukkan kadar CO di atas ambang batas yang sudah diten-tukan Pendapat ini sesuai dengan Asis-ten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak KLH, Ade Palguna di Semarang. Kondisi pencermaran di kota Sema-rang sudah parah yang secara angka mencapai 70 sampai 80%. Selain Kota Semarang ada lagi 26 Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201340dapat diterapkan dalam upaya pengendalian pencemaran di ruas jalan yaitu dengan penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara dengan penataan land scape di ruas jalan dengan tanaman pereduksi polusi udara. Untuk mem-perbaiki kondisi turus kanan-kiri jalan perlu upaya penanaman dengan jenis tanaman yang mempunyai fungsi antara lain penahan polusi, peneduh jalan, perbaikan iklim mikro dan pena-han longsor jalan. Sukawi Walikota Semarang pada tahun 2008 dalam makalahnya mengata-kan, tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol iklim. Pengontrolan iklim ini, iklim mikro yang diciptakan oleh tanaman mempunyai fungsi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pa-nas/radiasi matahari, kontrol suhu, kontrol an-gin, kontrol kelembaban, dan kontrol peraturan menteri pekerjaan umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedo-man penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan telah ditetapkan be-berapa kriteria vegetasi untuk tanaman peneduh jalan sebagai berikutAspek silvikultur meliputi berasal dari biji terseleksi sehat dan bebas penyakit, memiliki per-tumbuhan sempurna baik batang maupun akar, perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang, batang tegak dan keras pada bagian pangkal, ta-juk simetris dan padat dan sistim perakaran biologi meliputi tumbuh baik pada tanah padat, sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksidan bangunan, fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lam-bat pada fasedewasa, ukuran dewasa sesuai ru-ang yang tersedia, batang dan sistem percaban-gan kuat, batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir, perawakan dan bentuk tajuk cukup indah, tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap, ukuran dan bentuk ta-juk seimbang dengan tinggi pohon, daun sebaik-nya berukuran sempit nanofill, tidak menggu-gurkan daun, daun tidak mudah rontok karena terpaan angin kencang, saat berbunga/berbuah tidak mengotori jalan, buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara lang-sung, sebaiknya tidak berduri atau beracun, mu-dah sembuh bila mengalami luka akibat benturan dan akibat lain, tahan terhadap hama penyakit, tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industry, mampu menyerap dan menjerap ce-maran udara, sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi dan berumur penelitian terhadap jenis dan den-sitas tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang Tabel 2. Hasil pengamatan kualitas udara jalan protokol Kota Semarang NoKualitas UdaraBaku Mutu Stasiunppm ppm 1 2 3 4 51 NO2316 187,2 54,8 215,1 189,4 183,22 SO2632 0,162 0,012 0,082 0,099 0,1413 Debu 230 110 20,8 75 83,3 66,64 Pb 2 0,054 0,021 0,027 0,036 0,0445 CO 15000 20610* 17175* 12022,5 6870 15343*6 H2S 0,02 0,00008 0,000055 0,000046 0,0001 0,000097 NH30,5 0,28 0,18 0,24 0,27 0,16Tabel 3. Data lingkungan di lokasi pengambilan sampelNo Parameter yang diukur Stasiun1234 51 Intensitas cahaya lux 2240 2110 4690 6750 38102 Arah angin 240 220 210 210 1953 Kelembaban % 70 55 44 50 454 Suhu °C 30,6 33,9 35,4 37 36,55 Kecepatan angin m/det 1,2 1 0,7 1,7 0,3 41Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang ber-jumlah 29 jenis. Pada Wilayah Kalibanteng ter-dapat 15 jenis tanaman peneduh dengan tanaman angsana sebagai tanaman dominan, yaitu 29,5% dari seluruh jenis tanaman lainnya. Jalan Pemu-da terdapat 12 jenis tanaman peneduh dengan tanaman terbanyak adalah angsana, yaitu 29,4% dari jumlah tanaman keseluruhan. Pada Jl. Brig-jen Katamso terdapat 10 jenis tanaman peneduh dengan angsana sebagai tanaman terbanyak yaitu 67%. Sedangkan pada Jalan Kaligawe terdapat 5 jenis dan didominasi oleh jenis tanaman glo-dokan yaitu 39,6% dan Jl. Setiyabudi memiliki 12 jenis tanaman peneduh dengan dominasi ta-naman adalah jenis cemara dan palem raja den-gan nilai masing-masing 20,3%.Keragaman dan jumlah jenis tanaman di masing-masing setasiun 1 ternyata tidak berpen-garuh positif terhadap kadar bahan pencemar di lokasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena jenis tanaman yang ada tidak seimbang serta ti-dak sesuai dengan kadar bahan pencemar yang ada, terutama kadar CO. Tanaman angsana yang mendominasi di wilayah Kalibanteng atau ruas jalan lainnya ternyata mempunyai kemampuan kecil dalam menyerap CO2 11,12 kg/pohon/tahun. Tetapi adanya angsana ini dimungkin-kan mampu sebagai penjerap yang baik untuk Pb, dikarenakan Pb pada lokasi penelitian sangat kecil 0,021 – 0,054 jauh di bawah baku mutu yang ditentukan 2. Hal ini sesuai dengan pen-dapat Inayah 2010 dalam penelitiannya di Kota Tangerang, bahwa Angsana Pterocarpus indicus mampu mengakumulasi Pb pada kisaran µg/g. Kandungan Pb pada daun Angsana hasil penelitian tidak mencapai 1000 ppm µg/g. Hal ini berarti kandungan Pb pada daun Angsa-na belum melampaui ambang batas toksisitasnya terhadap ini berbeda dengan kemampuan ta-naman Trembesi Cassia kenanga 756,59, serta lainnya yang mempu-nyai kemampuan baik dalam menyerap CO2. Adanya pohon atau tanaman menjadi satu-sa-tunya makhluk hidup dan bahkan alat yang da-pat menyerap gas karbondioksida untuk diubah menjadi oksigen Anonim 2009. Seperti dike-tahui, karbondioksida adalah salah satu gas ru-mah kaca yang prosentasenya terbesar di atmos-fer bumi. Yang et al. 2005 dalam penelitiannya di Beijing mengatakan, bahwa adanya pohon/tanaman dapat menghapus 1261,4 ton polutan dari udara. Polutan udara yang paling berkurang adalah PM10 partikulat dengan diameter aero-dinamis lebih kecil dari 10 mm, dengan beban penurunan sebesar 772 ton. Selain itu adanya hutan kota dapat menyimpan Karbon dioksida CO2 dalam bentuk biomassa sebesar ± 0,2 juta ton. Sedangkan Chauhan 2010 dalam peneliti-an yang dilakukan memaparkan, bahwa polusi udara yang dipancarkan oleh kendaraan bermo-tor yang berbahaya akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan pigmen pohon. Selain itu perlu dicatat juga adanya polusi tersebut dapat mem-berikan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia. Hasil penelitian seperti tersebut di atas dapat diketahu bahwa jenis maupun jumlah ta-naman yang ada pada masing-masing setasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai den-gan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap polutan udara. Untuk itu perlu kiranya adanya penataan kembali terhadap jenis-jenis tanaman peneduh yang ditanam di ruas jalan-jalan protokol Semarang. Sehingga fungsi tanaman sebagai peneduh dan penjerap bahan-bahan pencemar benar-benar dapat maksimal seperti yang diharapkan. SIMPULAN Kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penje-rap dan penyerap polutan PUSTAKAAnonim. 2009. Daya Serap Pohon Terhadap Karbondio-ksida. Tunas Hijau, Indonesia, Kids and Young People do Actions for a Better Earth. 2010. Jumlah Kendaraan Bermotor Harus Di-kendalikan. Diunduh dari Pebruari AARJ dan Sundra IK. 2002. Kandungan Ti-mah Hitam Plumbum Pada Tanaman Peneduh Jalan di Kota Denpasar. 15 Maret A. 2010. Tree As Bio-Indicator Of Auto-mobile Pollution In Dehradun CityA Case Study. New York Science Journal 3 6 Jendral Penata Ruang Departemen Peker-jaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Ka-wasan Perkotaan. On line at 54505551/permen05-2008-RTH. [diak-ses tanggal 22 Mei 2011]. Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201342Hendrasarie N. 2007. Kajian Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3 2 2007Inayah SN, Thamzil L dan Etyn Y. 2010. Kandun-gan Pb Pada Daun Angsana Pterocarpus indi-cus dan Rumput Gajah Mini Jalan Protokol Kota Tangerang. Jurnal Valensi 2 1 NW. 1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan 19 4 N dan Gunawan. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal Jalan-Jembatan 25 3 Kehutanan. 2004. Tentang Pedoman Penanaman Turus Jalan Na-sional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Kemenhut, JakartaNgabekti S. 2004. Manfaat tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota Semarang. Jurnal Mipa 27 1 P dan Sukartiningrum. 2008. Indeks Tol-eransi Polusi Udara APTI Tanaman taman Median Jalan Kota Surabaya. Jurnal Pertanian Mapeta 10 2 86-92Riani D. 2010. Kotornya Udara Semarang. Suara Merdeka, 16 Januari 2011. Suparwoko dan Firdaus. 2007. Profil Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta Studi Kasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan UGM Yogyakarta. Jurnal LOGIKA, 4 2 J, McBride J, Jinxing Z dan Zhenyuan S. 2005. The urban forest in Beijing and its role in air pollution reduction. Journal Urban Forestry & Urban Greening 3 65–78. ... Pencemaran udara terjadi jika ambang batas substrat fisik dan kimia dalam lingkungan udara melebihi batas normal dan dapat dideteksi oleh makhluk hidup dapat dihitung dan diukur serta dapat berdampak negatif pada manusia, binatang, dan vegetasi Wahidah & Idrus, 2013. Salah satu upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pencemaran lingkungan udara, yaitu dengan memperbanyak ruang terbuka hijau di sekitar jalan protokol, khususnya menanam jenis vegetasi atau pohon yang bisa menyerap polusi udara dengan cepat Martuti, 2013;Sukowati, 2012. ...... Pohon tanjung merupakan jenis vegetasi yang memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan karena memiliki kemampuan tinggi dalam beradaptasi terhadap lingkungan dan polusi udara Racmawati et al., 2017. Pohon jenis ini juga telah banyak dijadikan sebagai tanaman pelindung di sekitar jalan utama dan di ruang terbuka hijau, sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman utama dalam pengembangan hutan kota Ismiyati et al., 2014;Martuti, 2013. ...... Dan masih jenis pohon-pohon yang lain yang mampu menyerap bahan polutan di udara. Oleh karena itu proses reboisasi dan penghijauan merupakan salah satu hal penting untuk menjaga kualitas udara yang baik Berkala et al., 2013. ...... Misalnya penebangan hutan secara liar akan mengakibatkan hilangnya sumber makanan, tempat tinggal dan berlindung bagi beberapa hewan. Bukan itu saja, penebangan hutan juga mengakibatkan naiknya kadar gas karbon dioksida di udara yang menyebabkan gangguan atau perubahan iklim Berkala et al., 2013. ...... The increase in the number of motorized vehicles has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads, to reduce the increasing level of pollutants produced by motorized vehicles, it is necessary to have trees that function as absorbents and absorbents of pollutants and dust in the air produced by motorized vehicles [2]. Existenceshade plants can help local people to take shelter on the streets, and reduce the reflection of light trails from surrounding buildings and filter dust, air pollution emitted by vehicles [3]. ... Eka Haryati YulianySarnoLaila HanumEka HaryatiAn increase in the number of motorized vehicles has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads, one of which is Particulate matter PM The response of tri-chomes from shade plants to vehicle exhaust gases can be used as environmental biomonitor-ing. The main road in Seberang Ulu II District has a fairly dense mobility in terms of the Vehicle Volume Ratio to Road Capacity VCR. The purpose of this study was to determine the relationship between particulate dust levels and the density of leaf trichomes of shade plants on the protocol road, Seberang Ulu II District, Palembang City. The method in this research is ex post facto with a laboratory approach. Determination of the plot of this study using purpos-ive sampling based on consideration of the circumstances surrounding the study. Plots 1 and 2 are on Jalan A. Yani, Plots 3 and 4 are on DI. Panjahitan Street and Plot 5 as a comparison plot are on Kapten Abdullah Street. The results in this study showed that the highest trichome density values were found in polluted areas.... In urban context, one of the major contributors to the air pollution is transportation. The Ministry of Environment of Indonesia stated that air pollution from gasoline-based motorized vehicle spark ignition engine contributed 70% of carbon monoxide CO, 100% of lead Pb, 60% of hydrocarbons HC, and 60% of nitrogen oxides NOx Martuti, 2013. A study from Soedomo 2001 concluded that the amount of air which has been polluted with emissions from vehicles has a negative impact on human health such as disrupting the respiratory system, damaging the nervous system and digestive problems, causing cancer and various other diseases Harunsyah, 2017. ...Metro City is one of the cities in Lampung Province, Indonesia, which has experienced various infrastructure development which contributed to the decrease of the air quality. Urbanization also causes constant decrease in term of the number of green open green open space plays an important role in maintaining urban air quality. Vegetation tree as the main component of green open space has the ability to absorb and store carbon emission. In Metro city, there is a major green open space that includes numerous large-sized Mahogany trees lining along Nasution Road. The purpose of this study was to estimate the level of air pollution from emissions of the passing-by motorized vehicles, calculate the capacity of carbon sequestration by the Mahogany trees, and determine the potential of the Mahogany trees in improving air quality. Authors collected primary data on the diameter of the tree trunks and the number of passing-by vehicles to estimate the carbon-storing capacity and carbon emission by utilizing allometric equation and emission load analysis. This study concluded that the Mahogany trees could play an important role on storing 74% of expected annual CO2 emission in Metro City. This could be linked to the achievement of the SDGs especially Target In urban context, one of the major contributors to the air pollution is transportation. The Ministry of Environment of Indonesia stated that air pollution from gasoline-based motorized vehicle spark ignition engine contributed 70% of carbon monoxide CO, 100% of lead Pb, 60% of hydrocarbons HC, and 60% of nitrogen oxides NOx Martuti, 2013. A study from Soedomo 2001 concluded that the amount of air which has been polluted with emissions from vehicles has a negative impact on human health such as disrupting the respiratory system, damaging the nervous system and digestive problems, causing cancer and various other diseases Harunsyah, 2017. ...Metro City is one of the cities in Lampung Province, Indonesia, which has experienced various infrastructure development which contributed to the decrease of the air quality. Urbanization also causes constant decrease in term of the number of green open spaces. Yet green open space plays an important role in maintaining urban air quality. Vegetation tree as the main component of green open space has the ability to absorb and store carbon emission. In Metro city, there is a major green open space that includes numerous large-sized Mahogany trees lining along Nasution Road. The purpose of this study was to estimate the level of air pollution from emissions of the passing-by motorized vehicles, calculate the capacity of carbon sequestration by the Mahogany trees, and determine the potential of the Mahogany trees in improving air quality. Authors collected primary data on the diameter of the tree trunks and the number of passing-by vehicles to estimate the carbon-storing capacity and carbon emission by utilizing allometric equation and emission load analysis. This study concluded that the Mahogany trees could play an important role on storing 74% of expected annual CO2 emission in Metro City. This could be linked to the achievement of the SDGs especially Target Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis pohon dan tumbuhan bawah dominan dan menganalisis beberapa kandungan polutan besi Fe, mangan Mn, timbal Pb, dan kadar debu pada daun-daun pohon dan tumbuhan bawah dominan di Taman Cerdas Kota Samarinda. Penelitian tentang kandungan polutan pada daun-daun vegetasi telah dilaporkan oleh Akbari 2020 dan Martuti 2013. Namun penelitian tentang kandungan polutan pada daun-daun pohon di taman kota di Kota Samarinda masih jarang dilaporkan. ...... Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi dalam meningkatkan pencemaran udara, terutama di jalanjalan utama atau jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas Martuti, 2013. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebagai sumber penyebab pencemaran udara mencapai 60% Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. ... Nurulbaiti Listyendah ZahraFIKRI ABDURRAHMAN HAIDARYASMIN HANUMBetanti RidhosariThe increasing number of vehicles in Jakarta has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads. However, during the COVID-19 pandemic, large-scale social restrictions PSBB were imposed in Jakarta, which made work activities and learning processes carried out online. These social restrictions cause a decrease in vehicle activity, including at Universitas Pertamina Areas in Jakarta. The decreasing number of this activity certainly affects the ambient air quality. Therefore, ambient air quality measurements were conducted at Universitas Pertamina Areas during the COVID-19 pandemic. The parameters observed included SO2, NO2, O3, TSP, and NH3. This research showed that during the COVID-19 pandemic, the measured air parameters, namely SO2, NO2, O3, TSP, and met the quality standards based on the Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 41 of 1999 concerning air pollution control. Also, NH3 parameters had met the Decree Minister of Environment Number KEP-50/MENLH/11/1996 concerning odor level standards. Keywords COVID-19 Pandemic, Gas, South Jakarta, Air Quality, Particulate ABSTRAK Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta berpotensi dalam meningkatkan pencemaranudara, terutama di jalan-jalan protokol. Namun, selama pandemi COVID-19 diberlakukan pembatasan sosial berskala besar PSBB di Kota Jakarta yang membuat kegiatan kerja dan proses pembelajaran dilakukan secara daring sehingga aktivitas kendaraan bermotor mengalami penurunan, termasuk di Komplek Universitas Pertamina Jakarta. Penurunan aktivitas ini berpengaruh terhadap kualitas udara ambien. Oleh karena itu dilakukan pengukuran terhadap kualitas udara ambien di Universitas Pertamina selama pandemi COVID-19. Parameter yang diamati meliputi SO2, NO2, O3, TSP, PM2,5, dan NH3. Dari hasil pemantauan dapat disimpulkan bahwa pada saat pandemi, parameter udara yang diukur, yaitu SO2, NO2, O3, TSP, dan PM2,5 memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dan parameter NH3 telah memenuhi Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP50/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebauan. Kata kunci Pandemi COVID-19, Gas, Jakarta Selatan, Kualitas Udara, PartikulatSopian GunawanKaryati KaryatiMuhammad SyafrudinSamarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan berbagai aktivitas kehidupan yang dinamis. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi sebesar 10% setiap tahunnya memiliki potensi menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian adalah menganalisis kandungan beberapa polutan logam berat timbal Pb, besi Fe, mangan Mn, dan kadar debu pada daun-daun pohon Angsana Pterocarpus indicus Willd. pada tiga kategori tempat tumbuh berbeda areal bervegetasi, jalan raya, dan areal perumahan di Kota Samarinda. Analisis logam berat dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA dengan proses destruksi basah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal Pb, besi Fe, dan mangan Mn pada sembilan lokasi dengan tiga kategori berbeda bervariasi. Daun pohon Angsana yang mengandung logam berat Pb 39,62 mg/kg, Fe 317,29 mg/kg, dan Mn 106,97 mg/kg paling tinggi berada pada kategori areal, serta kadar debu sebesar 7,81×10-6 grams /cm2. Informasi tentang kandungan polutan dan kadar debu pada daun pohon Angsana dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam pada berbagai tipe tutupan Ari Adha SaputraAchmad GhozaliBerly Gizela Putri PramestiMuhammad Qoirul PurwantoThe physical development of the city of Samarinda that is not in harmony between the existence of Built Space and the distribution of Green Open Space has an impact on changes in the urban microclimate. These changes occur in microclimate elements such as temperature, humidity, intensity of sunlight and wind. If the microclimate element changes, it is feared that a change will occur in a direction that is not in accordance with the comfort of the human body condition. Then it becomes a question in this study, namely how is the relationship between regional temperature and the distribution of green open space in Samarinda City. The targets carried out to achieve the research objectives are to analyze the temperature distribution of the Samarinda City area, analyze the distribution of Samarinda City Green open space, analyze the characteristics of Samarinda City Green open space, and analyze the relationship between regional temperature and the distribution of Samarinda City Green open space. To answer this goal, this research uses interpretation analysis of Landsat 8, Sentinel 2 imagery and statistical analysis in the form of regression analysis. In the sentinel image analysis, the data obtained are the distribution of temperature and the distribution of green open space. Where the minimum temperature is maximum temperature is and the distribution of green open space is obtained. The results of the ANN analysis show that there are 4 categories of green open space distribution data, namely clustered, spread out, uniform, and non-green open space. After the data obtained from the two analyzes, a quantitative analysis was carried out using SPSS programming to obtain the relationship between the Y variable and the X variable. In this analysis, the calculated F value was with a significance level of where the regression model can be used to predict the independent variables in this data. RTH with temperature showed a significant closeness. In the research area, it is stated that green open space has a significant relationship to the regional temperature distribution. In addition, the research findings also show that the ratio of green open space, the distribution of green open space, and the percentage of dense vegetation have an inverse relationship, which means that if green open space increases then the temperature decreases and vice Hidayat KarimAnalyses of the National Disaster Management Agency BNPB states that beside weather and environmental typologies, human activities have a significant role in triggering disasters. Quran Surah Al-Rūm verse 41 has justified this idea, and legitimizes that disasters occur because of people’s lack of awareness and self-motivations to take care of the environment. This article seeks to investigate hadith matn to motivate the action of preserving the nature. This article focuses to find out a qualitative hadith in order to gain an appropriate understanding of hadith fiqh al- ḥadīth. This research is a library research with a content analyses to related documents. In addition, this study applies a simultaneous hadith approach a simultaneous method and understanding of thematic hadith fiqh al-ḥadīth al-mawḍū'i. This paper concludes that the hadith in this question had a quality of hadith ṣaḥīḥ li dzātih and included into mashhūr ḥadīth popular hadith. This hadith provides a significant role to motivate greening for the preservation of nature. Avnish ChauhanThe plant species selected for the study were Ficus religiosa, Mangifera indica, Polyalthia longifolia, Delonix regia. Reduction in chlorophyll 'a', chlorophyll 'b', total chlorophyll content, ascorbic acid, carotenoid, pH, relative water content and APTI was recorded in the leaf samples of all selected trees collected from polluted site when compared with samples from control area. The data obtained were further analyzed by using two-way ANOVA and also obtained significant changes in all these parameters was found in the leaf samples collected from polluted site trees, exposed to automobile exhaust in comparison to control site. There was maximum reduction of chlorophyll 'a' content in the leaves of Ficus religiosa and minimum reduction was in the Mangifera indica, while maximum carotenoid was depleted in Polyalthia longifolia and minimum depleted in Mangifera indica at polluted site as compared to control site. The maximum reduction of ascorbic acid was observed in the leaves of Delonix regia and minimum reduction was observed in the leaves of Polyalthia longifolia. [New York Science Journal 2010; 3688-95]. ISSN 1554 – 0200.Siti Nihayatul InayahThamzil Las Etyn Yunita BustamiTelah dilakukan penelitian untuk mengetahui akumulasi Pb pada daun Angsana Pterocarpus indicus dan rumput Gajah Mini yang terletak dibeberapa jalan protokol Kota Tangerang. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Sembilan lokasi utama Kota Tangerang dan satu di lokasi permukiman. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret dan April 2009. Sampel dianalisa menggunakan Spektroskopi Serapan Atom SSA melalui metode destruksi basah. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kandungan Pb pada daun Angsana – μg/g pada bulan Maret 2009 ; – μg/g pada bulan April 2009 dan rumput Gajah Mini – μg/g pada bulan Maret 2009 ; – μg/g pada bulan April 2009. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pterocarpus indicus dan mampu mengakumulasi Pb pada kisaran μg/g. Kandungan Pb pada daun Angsana dan rumput Gajah Mini hasil penelitian tidak mencapai 1000 ppm μg/g. Hal ini berarti kandungan Pb pada daun Angsana dan rumput Gajah Mini di Kota Tangerang belum melampaui ambang batas toksisitasnya terhadap A RakaJuni AntariI Ketut SundraThis study was aimed to observe the content of led substances Pb in Angsana,s Pterocarpus indicus Willd and Glodogan,s Polyalthia longifolia Bent & Hook. F leaves growing along the busy roads in Denpasar. The study was conducted from November to December 2002. Sample were obtained from five location with busy traffics while another one was from un busy traffics as control. Sample were analysed at Analytic Laboratory, Udayana University using wet digestion method, then were analysed using Atomic Absorbance Spectrofotometer AAS. Result showed that the lead Pb content in Angsana's leave out weighed the Glodogan's leave and Pb content on November exceeded that on December 2002. Overall, analysis of all samples, on November and December 2002, indicated that the Pb content was bellow the standard allowed which was 1000 ppm µg/g.Tree planting has been proposed by the municipal government as a measure to alleviate air pollution in Beijing, the capital of China. This study examines that proposal. It is based on the analyses of satellite images and field surveys to establish the characteristics of current urban forest in the central part of Beijing. The influence of the urban forest on air quality was studied using the Urban Forest Effects Model. The results show that there are million trees in the central part of Beijing. The diameter distribution of the trees is skewed toward small diameters. The urban forest is dominated by a few species. The condition of trees in the central part of Beijing is not ideal; about 29% of trees were classified as being in poor condition. The trees in the central part of Beijing removed tons of pollutants from the air in 2002. The air pollutant that was most reduced was PM10 particulate matters with an aerodynamic diameter smaller than 10 μm, the reduction amounted to 772 tons. The carbon dioxide CO2 stored in biomass form by the urban forest amounted to about million tons. Future research directions to improve our understanding of the role of individual tree species in air pollution reduction are tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota SemarangS NgabektiNgabekti S. 2004. Manfaat tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota Semarang. Jurnal Mipa 27 1 Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb UdaraN HendrasarieHendrasarie N. 2007. Kajian Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3 2 2007Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran UdaraN W KarliansyahKarliansyah NW. 1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan 19 4 Kendaraan Bermotor Harus Dikendalikan . Diunduh dari PebruariAnonimAnonim. 2010. Jumlah Kendaraan Bermotor Harus Dikendalikan. Diunduh dari Pebruari Pedoman Penanaman Turus Jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan LahanMenteri KehutananMenteri Kehutanan. 2004. Tentang Pedoman Penanaman Turus Jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Kemenhut, Jakarta
Merekamengukur dampak penanaman pohon di Chile pada 1984-2011. Hasilnya, menanam pohon tak berarti banyak dalam mencegah pemanasan global. Waduh! Penelitian mereka pun menjadi bahan kritik bagi inisiatif-inisiatif penanaman pohon yang memakai dana publik melalui donasi atau yayasan. Selama ini menanam pohon ternyata tak mencegah suhu bumi memanas.
BeliAngsana Pohon terbaik harga murah Agustus 2022 terbaru di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%. bibit tanaman kayu angsana siap tanam kualitas unggul. Rp29.000. Semarang NajmHanifah. 5.0 Tidak ada alasan lagi untuk selalu menjaga kebugaran tubuh & berolahraga yang aman dan nyaman
PerhatikanHal Ini. Daun dan permukaan tanaman menyerap polutan ini dan melalui stomata (pori-porinya) dan menyaring zat berbahaya ini dari udara. Selain itu, pohon dan tanaman juga mampu memerangkap panas dan mengurangi gas rumah kaca di atmosfer. Mereka juga mengurangi tingkat ozon permukaan tanah dan memperkaya udara dengan oksigen yang
ProgramLangit Biru merupakan salah satu upaya mengurangi pencemaran udara dari sektor transportasi yang dicanangkan sejak tahun 1996. Program ini juga berdampak pada menurunnya gangguan pernapasan pada manusia. Hal-hal yang dapat mengurangi pencemaran udara adalah: Menggalakkan penanaman pohon angsana (Pterocarpus indica).
wwDSz. 426 107 489 188 420 400 463 0 223
penanaman pohon angsana digunakan untuk mencegah pencemaran